Minggu, 03 Juli 2011

Mahasiswa Fakultas Psikologi UGM Budayakan Kebiasaan Mendongeng di Code

Bukanlah hal yang mengherankan apabila masalah moralitas, kenakalan remaja, serta berbagai hal terkait perkembangan dan pendidikan anak menjadi kumpulan permasalahan utama yang muncul di wilayah slum area dan padat penduduk. Seperti yang terjadi dan mengancam anak-anak di bantaran kali Code, saat beberapa mahasiswa Psikologi UGM berkunjung ke wilayah tersebut. Pendidikan moral, kepribadian, dan kedisiplinan nampaknya tidak menjadi titik tekan dalam interaksi anak dan orang tua. Orang tua cenderung fokus bekerja dan anak dibiarkan bebasa dalam interaksinya dengan lingkungan sekitarnya. Apabila terdapat fasilitas pendidikan pun, orangtua justru menggantungkan pendidikan dan perkembangannya pada lembaga tersebut, misalnya PAUD. Keprihatinan akan hal ini mendorong lima orang mahasiswa Fakultas Psikologi UGM yang terdiri dari Siti Muthia Dinni, Niken Rarasati, Isnan Hidayat, Banyu Wicaksono, dan Taufik Akbar Rizki Yunanto membuat program mendongeng lewat kegiatan bernama Dongeng di Minggu Sore.

Program dongeng ini dipilih karena dongeng merupakan sebuah metode yang genuine bagi anak. Perkembangan sosio-emosional anak dapat dikembangkan secara optimal melalui pemberian cerita naratif seperti dongeng seperti yang dikemukakan oleh Subyantoro (2006) dalam aplikasi ancangan psikolinguistik. Selain itu dongeng merupakan satu hal yang akrab, menyenangkan, dan bisa melibatkan potensi anak secara komprehensif, mulai dari sisi kognitif, afektif, psikomotorik, dan perkembangan sosialnya. Oleh karena itu, untuk menanggulangi permasalahan kompleks yang terjadi di kawasan kali Code, sosialisasi pentingnya dongen ini menjadi pioneer program yang diimplementasikan oleh tim mahasiswa Fakultas Psikologi UGM yang bekerja sama dengan pengelola PAUD Cokrodirjan dan Rumah Dongeng Indonesia. 

Kegiatan yang dilakukan selama kurang lebih 3 bulan ini meliputi sosialisasi pentingnya dongeng bagi anak kepada ibu-ibu, pelaksanaan hari Minggu sebagai hari wajib mendongeng, pembentukan komunitas dongeng di kalangan orangtua, serta penguatan PAUD Cokrodirjan sebagai fasilitator pendidikan dan perkembangan anak di kawasan Code. Sebagai sarana pendukung, aktivitas yang dilakukan diantaranya pelatihan ketrampilan mendongeng oleh tokoh Rumah Dongeng Indonesia Kak Wess, pembuatan Gerobak Buku yang berisi kumpulan cerita dan dongeng, dan pendampingan kegiatan PAUD setiap Minggu sore. Berbagai hal yang telah dilakukan tersebut mendapat respon positif dari warga setempat. “Meski sederhana, namun telah nampak perubahan pada perilaku orang tua dan anak di sekitar sini. Ibu-ibu menjadi peduli untuk memperhatikan perkembangan anaknya melalui dongeng. Bahkan, kami selaku pengelola PAUD berhasil menularkan semangat itu di pertemuan pengelola PAUD tingkat kelurahan. PAUD-PAUD yang lain sangat tertarik pada program yang dilakukan di PAUD kami”, kata Bu Pri, salah seorang pendiri sekaligus pengelola PAUD Cokrodirjan yang telah puluhan tahun menekuni aktivitas pendidikan di kawasan itu. Semoga program ini dapat berlangsung secara optimal dan terus berkembang dalam menanggulangi permasalahan di Kawasan Code. 



http://psikologi.ugm.ac.id/utama/artikel.php?h=924

Tidak ada komentar:

Posting Komentar